Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday 20 June 2009

hadiah ulang tahun yang terlambat datang

apa pentingnya sejarah??

tentu saja penting. sejarah membawa kita memahami dari mana segala sesuatu bermula. sebelumnya kita perlu menyamakan persepsi, sejarah itu apa. secara harfiah saya rasa kita semua sudah mengetahui asal kata sejarah adalah sajaratun (bahasa Arab) yang berarti pohon atau silsilah. umumnya sejarah diartikan sebagai informasi tentang kejadian yang terjadi di masa lampau (wikipedia). tetapi sejarah bukan hanya mata pelajaran wajib di sistem pendidikan kita. sejarah juga tidak hanya berputar-putar pada manusia purba, zaman prasejarah dan sejarah, zaman kerajaan, kemerdekaan, revolusi, reformasi, dan sebagainya. lebih dari itu sejarah adalah media pembelajaran, pembelajaran untuk kita lebih mengenal bangsa kita sendiri, bangsa indonesia. lebih difokuskan lagi, sejarah adalah media pembelajaran untuk kita mengenal diri sendiri.

pernahkah kita berfikir, apa gunanya kita dicecoki dengan kisah-kisah yang terjadi di zaman yang sama sekali tidak dapat kita bayangkan. saya sering berfikir tentang itu. setelah melewati beberapa proses, akhirnya saya dapati kesimpulan bahwa sesungguhnya targetan utama dari pembelajaran sejarah bukan pada pengetahuan tentang tahun berapa perang diponegoro terjadi, kapan kerajaan sriwijaya hancur, berapa banyak pahlawan revolusi yang gugur pada peristiwa G30S dan hal-hal sejenis lainnya. bukan itu. lebih dari itu, kita di ajak berpikir mengapa hal-hal seperti itu terjadi. Kita di ajak berpikir untuk memahami bahwa proses menuju terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia bukanlah suatu proses yang berjalan dengan mulus. Dan yang lebih penting lagi, kita di ajak menghargai dan mencintai Indonesia sekalipun dalam keadaan terpuruk seperti ini. Karena sesungguhnya Indonesia pernah mengalami keadaan yang jauh lebih buruk dan lebih mencekam dari saat sekarang ini. Tapi Indonesia bertahan. Percayalah kita masih kuat. Masih sekuat dahulu ketika senjata masih meriam bambu. Masih sekuat dan selantang suara Soekarno ketika memproklamirkan kemerdekaan negeri ini.

Sederhana saja, bagaimana mungkin kita bisa menghargai sesuatu yang kita tidak ikut ambil bagian dalam memperjuangkannya. Analogi sederhana yang saya alami beberapa hari yang lalu di bazar HUT FK USU. Maaf jika cerita ini menjadi sedikit melenceng. Hari itu saya tergabung dalam tim penggoreng bakwan. Sungguh saya sendiri bingung harus menggoreng dengan apa. setelah mencoba berbagai teknik berulang-ulang, akhirnya kami berhasil menggoreng bakwan dengan hampir sempurna. Setelah itu, setelah perjuangan (ya bolehlah dibilang perjuangan) menggoreng bakwan berhasil, orang lain yang tidak melihat perjuangan itu mungkin tidak akan menghargai bakwan tersebut sebagaimana kami-tim penggoreng- menghargainya. Karena apa? karena mereka tidak tahu ataupun ikut ambil bagian dalam perjuangan tersebut.

Sama halnya seperti Indonesia. Siapa diantara kita-generasi muda- yang bisa membayangkan bagaimana rasanya berada di antara desingan peluru saat perang? Mendengar suara bom dan meriam sama santainya seperti mendengar musik rock? Hampir saya pastikan tidak ada. Dan saya pastikan kita tidak mungkin terlibat dalam perjuangan memerdekakan Indonesia. Kemerdekaan telah kita dapatkan semenjak kita hirup udara pertama di negeri ini. Kemerdekaan telah kita rasakan sejak kita belajar merangkak di tanah ini. Kemerdekaan telah kita rasakan saat pertama kali kita di basuh oleh air di bumi ini, bumi Indonesia. Semudah itu kita merdeka. Tidak ada yang harus kita perjuangkan demi tegaknya merah putih. Tidak ada desingan peluru dan meriam yang harus kita dengar demi bebasnya kita berpakaian tanpa goni. Tidak ada teman. Tidak ada.

Namun, oleh sejarah, kita diajak merasakan perjuangan, kita dipahamkan semangat kejuangan, kita dipahamkan arti revolusi, kita dibekali dengan semangat reformasi yang pada akhirnya kita diharapkan untuk menghargai dan mencintai negeri ini.

Bangun jiwa nasionalis kita teman. Belajarlah berterima kasih kepada negeri ini, yang tanahnya, yang airnya, yang udaranya kita gunakan dengan percuma mulai dari kita diberi nyawa oleh yang Maha Kuasa mungkin hingga pemberian itu diambil kembali. Kembalilah kepada Ibu Pertiwi. Jika bukan kita, siapa lagi?

Untuk Indonesia, yang tanahnya, yang airnya, yang udaranya mengisi setiap sel tubuhku. Sebuah hadiah ulang tahun yang datang terlambat.

Hepi bedday Indonesia



September 3, 2008

No comments:

Post a Comment