Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday 20 June 2009

Bukankah

Aku telah sampai pada batas emosiku. Aku telah tiba pada tahap aku tidak ingin berpikir, aku tidak ingin membahas, aku tidak ingin mengingat, aku tidak ingin apa-apa. Kecuali bangun esok pagi dengan keadaan sehat walafiat, rambut tidak awut-awutan, tidak telat, dan masuk praktikum farmako dengan selamat.

Aku telah sampai pada batas emosiku. Dimana aku tidak ingin lagi berpikir dalam kalut dan amarah. Dimana aku hanya ingin melihat ini semua dari sudut pandangku dan pandangmu. Aku tidak egois kan. Aku toh tidak akan membuat kemenangan sepihak diriku di alam liar pikiran-pikiranku, walaupun aku dengan sah memiliki otoritas itu.

Aku memberimu, memberi kalian semua porsi yang sama untuk berargumen di kepalaku. Aku telah sibuk mengkalkulasi, menyeimbangkan neraca, meratakan pandangan, mewartakan berbagai kemungkinan, tapi tetap saja, aku tak punya pembelaan apapun untukmu. Aku tak punya pilihan lain kecuali menjatuhkan seluruh tuduhan terhadapmu. Toh kau tak memiliki pembelaan. Peradilanku berjalan seimbang.

Kurang adil apa aku? Apa aku harus mendiamkan emosiku dan menyuruh pergi amarahku? Itu tidak perlu. Toh aku tak kan menjadi debu jika kau berwujud api karena aku adalah besi.

Karena aku telah berjanji untuk terus berdiri. Hingga remuk pinggangku menahan nyeri.

Karena aku telah berjanji untuk terus berjalan. Hingga darah di kakiku kering dan mengucur lagi.

Karena aku telah berjanji untuk terus berlari. Hingga meledak paru-paruku ini.

Karena aku telah berjanji.

Bukankah harus aku tepati??



November 2, 2008

No comments:

Post a Comment