Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday 8 December 2011

Baju Baik dan Baju Buruk

Sejak menjalani Kepaniteraan Klinis Senior atau yang biasa disebut koass, saya memiliki klasifikasi baju untuk dipakai saat jaga malam. Baju baik dan Baju buruk.

Menurut saya, dalam kasus ini dualisme benar-benar terjadi. Pada satu sisi, sebagai individu medis harusnya kita bisa berpikir logis dan empiris. Namun, pada saat yang bersamaan, seringnya anak-anak koass percaya pada mitos-mitos seputar tugas jaga malam dan siang, termasuk saya sendiri.

Ada mitos tentang "bawaan badan". Artinya pada beberapa orang tertentu memiliki kecenderungan dapat banyak pasbar (pasien baru) atau pasien gawat bahkan exitus (meninggal) selama tugas jaga. Nah orang-orang BB (bawaan badan) seperti ini biasanya dihindari sebagai kawan jaga, kecuali terpaksa. Hahaha...

Ada juga mitos tentang mandi. Jika sebelum pergi jaga tidak mandi atau sebaliknya, sebelum jaga malah mandi, akan terjadi hal-hal seperti kasus BB di atas. Jadi, jika diurutkan, mitos mandi ini mirip dengan mitos BB dengan conditional.

Sebenarnya, ada banyak mitos terkait tugas jaga ini. Namun, sepertinya lambat-laun mitos ini mulai berkurang intesitasnya. Entah tergerus oleh zaman atau apa, tapi menurut cerita beberapa senior semua itu benar.

Nah, saya sendiri punya mitos untuk diri saya. Seperti judul di atas, sejak tugas jaga, saya jadi rajin mengklasifikasikan baju saya menjadi baju buruk dan baju baik. Biasanya klasifikasi ini saya dasarkan pada pengalaman saya memakai baju tersebut saat tugas jaga. Baju-baju yang saya pakai saat jaga yang berlangsung aman, masuk ke deretan baju-baju baik. DAn baju-baju yang saya pakai saat jaga yang hectic, masuk ke baju-baju buruk, dan tidak akan saya pakai lagi untuk tugas jaga.

Pernah, sekali saya mencoba memakai kembali salah satu baju buruk, yang terjadi? seperti mengaminkan mitos yang saya ciptakan sendiri, malam itu menjadi salah satu malam terletih dalam tugas jaga saya. hahaha... Dari situ saya menjadi semakin yakin dengan mitos saya sendiri.

Sunday 20 November 2011

Ali, Keringat, dan Semangat

Kisah ini nyata, terjadi hari ini, di tanggal apik, 20-11-2011. Tanggal yang sering dijadikan pasangan kekasih untuk melangkah ke gerbang perningkahan atau tanggal yang sering dipesan ibu-ibu hamil untuk minta di SC (Sectio Caesarea) oleh dokter kandungannya. (Kebayang deh, dokter-dokter Obgyn dan ibu-ibu hamil itu berharap hari-hari di tanggal cantik seperti ini bisa berlangsung lebih dari 24 jam, agar si dokter sempat men-delivery seluruh bayi). #LuKatePizzaDiDeliperi??

Kisah nyata ini sebenarnya tidak terlalu fantastis, tidak juga terlalu heroik. Kadar luar biasanya juga tidak segegap-gempita tanggal cantik hari ini. Tapi kisah ini memiliki moral of the story di atas rata-rata #PalingTidakMenurutSaya.

Adalah seorang anak berumur 7 tahun, sebut saja namanya Ali (#BukanNamaSebenarnya-BerasaKoranLampuMerah). Tubuhnya kecil, kurus, tapi lincahnya luar biasa. Jika berat badan dan tinggi badannya diplot ke kurva CDC mungkin hasilnya dibawah 80% yang secara angka berarti malnutrisi sedang. Namun, jika anda melihat tingkah Ali langsung, anda tidak akan percaya pada angka-angka itu.

Ali terkenal rajin dan ramah dikeluarganya. Umurnya memang masih 7 tahun dan tubuhnya kecil, tapi daya pikir dan keinginannya jauh melebihi bobot tubuhnya.

Hari ini pagi-pagi sekali, tiba-tiba Ali sudah mandi, wangi, dan berpakaian rapi. Ini bukan kebiasaannya, karena keluarganya juga tidak berencana bepergian hari ini. Tidak berapa lama lepas dari pandangan ibunya, Ali sudah menghilang. Ibunya berpikir hanya bermain ke sekitar rumah dan tidak perlu terlalu khawatir. Namun, hingga pukul 13.00 siang, Ali juga tidak pulang. Padahal biasanya dia pasti menyempatkan diri untuk pulang sebentar sekedar makan ataupun minum.

Ibunya mulai gelisah tapi belum terlalu ambil pusing. Kebetulan, tetangga di gang sebelah sedang melakukan hajatan, menikahkan anaknya, ditanggal cantik. Karena hari sudah siang, Ibu Ali pun bersiap-siap untuk menghadiri undangan tersebut, tanpa Ali.

Tidak disangka, sesampainya di tempat hajatan Ibu Ali mendapati Ali sedang mengumpulkan piring-piring kotor dan gelas untuk dicuci. Dengan lidahnya yang masih cadel, Ali bilang dia sedang kerja sampingan.

Saat Ibu Ali mengajaknya pulang, Ali menolak dengan keras. Dia bilang belum selesai kerja dan upahnya belum dibayarkan. Sang Ibu penasaran, "Memang Ali dibayar berapa, Nak?".
"Lima ribu, Bunda".
"Ya udah pulang ya, Bunda kasi sepuluh ribu".
"Ga mau bunda, bunda jangan manjakan Ali".

Pada penggalan kalimat tersebut, saya tertegun. Ali kecil, 7 tahun, menolak untuk dimanjakan dengan materi. Padahal kesempatan untuk bermanja itu ada, kesempatan untuk menikmati kesenangan tanpa keringat itu ada. Tapi dia memilih untuk berkeringat dan berdiri di kakinya sendiri. Bukan diam berpangku tangan menunggu uluran dari orang lain.

Itu Ali, bertubuh kecil, berusia tujuh tahun.
Tanya dirimu, berapa usiamu, apa yang sudah kau perbuat?
Mungkin kepada Ali kecil kita bisa bercermin...

Wednesday 9 November 2011

Paksakan!

Pagi ini, 9 November 2011, 08.34.
Saya membaca tweet dari @JamilAzzaini, isinya tentang bagaimana meluruskan niat untuk bisa posting tulisan di blog setiap hari. Kuncinya hanya satu. Kata beliau: Paksakan!

Saya sedikit tertampar membaca potongan tweeter tersebut, mengingat blog saya yang terbengkalai. Update tulisannya seperti puasa senin kamis. Seninnya tahun ini, kamisnya tahun depan. Alhasil blog saya stuck di tulisan yang saya sendiri lupa kapan terakhir mem-publishnya.

Meminjam istilah Jaman Balai Pustaka, dalam pada itu, saya akan memaksa diri saya hari ini untuk menulis blog kembali. Memanfaatkan Notepad di smartphone ditambah jaringan koneksi unlimited harusnya saya memang lebih produktif dalam hal menulis. Fitri Rakhmawaty a.k.a Fitri Tropika a.k.a @fitrop saja bisa nulis buku hanya dari Notepad, masa saya ga bisa update blog? Hehehe

Kembali ke permasalahan awal, jika tidak ada ide, paksakan sampai ada! Kalau istilahnya HMI sih Yakin Usaha Sampai, Usahakan Sampai Yakin.

Nah, ternyata menulis di blog itu tidak hanya dibutuhkan sekedar gadget, koneksi, dan something like 'paksakan!'. Ternyata tidak sesederhana itu.

Hambatan-hambatan yang saya alami dalam meng-update blog justru adalah bahwa terkadang ide yang sudah ada sulit sekali diterjemahkan ke dalam kata-kata. Kalaupun ide itu berhasil diterjemahkan menjadi tulisan, seringnya tidak selesai. Dan terkubur menjadi relik-relik di celah-celah laci hard disk menjadi entah apa.

Dan hari ini saya akan memaksa diri saya memungut relik-relik tersebut, kemudian saya rangkai, mudah-mudahan bisa menjadi sesuatu. Ah, mudah-mudahan.

Tulisan ini adalah awal, awal dari sikap paksa saya untuk kembali menulis. Banyak penulis yang rajin menyemangati pembacanya untuk berlatih menulis, untuk rajin menulis, untuk membudayakan menulis. Mereka bilang dari kebiasaan tersebut akan lahir rutinitas yang pada akhirnya membuat menulis bukan lagi sekedar hobi tapi kebutuhan. Sekali lagi, mudah-mudahan.

Akhir kata, mari menulis teman!
Meminjam istilah SCORE (Standing Committee on Research Exchange), Scripta Manen Verba Volent. Tulisan abadi, kata-kata musnah.