Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday 28 June 2009

Kemewahan Masa Kecil

Baru saja aku melihat liputan pembuatan papan penggilasan untuk mencuci kain di TV. Ada sebuah alat yang sangat ku kenal. Namanya ketam. Alat penghalus permukaan kayu.

Melihat ketam itu, aku teringat masa kecilku. Aku akrab dengan ketam dan bahan-bahan bangunan lainnya karena hobby ayahku merehab rumahnya. Karena tidak mau diam dan bosan hanya menonton para tukang, iseng-iseng aku ikut mencobai hampir seluruh peralatan yang ada. Martil, paku, gergaji, gergaji halus, ketam, kertas pasir, obeng, tang, sekop, semen, pasir, sendok semen, batu bata, kerikil, padas adalah teman bermainku saat itu.

Terkadang karena penasaran mencoba, aku ikut mengayak semen dan agregatnya, mengaduk semen dengan sekop. Jika tidak ketauan, aku pun mencuri sedikit semen siap pakai, mengambil sisa potongan bata dan membangun gedungku sendiri yang keesokan harinya akan dihancurkan lagi oleh tukang-tukang itu. Tapi aku tidak marah, kesal ataupun sedih. Bagiku saat itu, pernah saja sudahlah cukup.

Di lain waktu, aku mulai tertarik pada bahan bangunan hasil panglong. Broti, papan, tripleks mulai bersahabat denganku. Iseng, aku mulai membuat dingklik. Tapi dingkliknya aneh. Kaki dingklik tidak dipaku dikedua ujung dudukan, tapi di tengah. Disusun bertingkat ke bawah semakin kecil. Alhasil jika diduduki kau akan bisa bergoyang ke kanan dan ke kiri :D

Dari membuat dingklik untuk tempat duduk, aku mulai tertarik untuk membuat meja. Meniru meja abangku. Meja kecil hanya setinggi 50cm. Dibuat dari bahan sisa bangunan. Digunakannya untuk belajar sambil duduk bersila. Mejanya pun bisa dibawa kemana-mana. Lama sekali aku terpukau melihat meja itu sampai aku putuskan untuk membuat sendiri, untukku. Aku tidak begitu suka menggunakan gergaji. Aku baru berumur 9 tahun, kedua tanganku tak kuat menggunakannya. Jadi, aku mencari sisa kayu dan tripleks yang sesuai dengan ukuran yang kubutuhkan. Jadilah sebuah meja berukuran 50x50 cm, dengan dua kaki belakang yang lebih tinggi dari kaki depan. Lalu ku cat dengan warna coklat. Ah... senang sekali menggunakannya untuk belajar saat itu.

Teman-temanku diwaktu kecil mengajarkanku hidup bersahaja dan apa adanya. Jika tidak bisa dibeli, maka buatlah, begitu kira-kira filosofi mereka. Maka berbekal sisa-sisa bahan bangunan ayah, aku mulai membuat ayunan dan serambi pohon (jika bisa disebut demikian) bersama teman-temanku. Kebetulan belakang rumahku dulu penuh dengan pepohonan, tempat bermain yang seperti surga kami bilang. Ayunan kami tempatkan di batang pohon jambu yang cukup besar. Berbekal tali tambang dan sebilah papan, jadilah kami memiliki ayunan. Sungguh ayunan itu memang tidak bertahan lama, ntah dicuri orang atau memang sengaja dibuka oleh orang dewasa di sekitar, kami tidak tahu dan tidak mau tahu. Bagi kami saat itu, memiliki dan bisa membuat ayunan kami sendiri adalah lebih dari apapun.

Serambi pohon kami tempatkan di pohon yang lebih rendah. Pohon belimbing. Kami mengenal bentuk batang seluruh pohon di kebun itu. Pohon belimbing yang kami pilih adalah pohon dengan batang yang unik, batangnya bercabang dua tidak jauh dari tanah. Lalu kedua cabang itu melebar dengan sedikit melandai memberi bentuk oval pada dasarnya. Di bagian batang yang memberi ruang oval itulah kami susun potongan-potongan bambu sebagai lantai. Sederhana saja, tak berdinding, duduk pun kami harus sempit-sempitan. Namun senang sekali rasanya.

Di hari minggu, terkadang kami akan membuat kemah sederhana yang lagi-lagi ala kadarnya. Hanya berbekal kayu dengan panjang kira-kira 1m dan karung goni beras. Kami mulai dengan membangun pacak-pacaknya lalu membuat dindingnya dengan goni beras tersebut. Kemah kecil, tidak pernah besar, hanya berukuran 1x2 meter yang diisi beberapa anak SD yang masih printil-printil. Selesai membangun kemah, kami berkumpul duduk bersama di dalamnya. Lima menit pertama kami masih terbuai dengan kemah baru kami (yang sudah pasti akan roboh beberapa hari ke depan). Menit-menit selanjutnya kami jadi bingung harus berbuat apa. Untunglah salah salah satu teman berinisiatif mengeluarkan uangnya Rp 500,- untuk membeli sebungkus plastik besar kerupuk jangek dan di makan bersama-sama di dalam kemah. Ah... indah sekali rasanya saat itu. Hahaha... :D kemewahan tiada tara. Dan dugaanku benar, tidak sampai 3 hari kami sendirilah yang merobohkan kemah itu. Menyimpan karung goninya untuk dipakai di lain waktu. Kayu bekas pacak kami ambil untuk bermain locak. Permainan anak-anak di sekitar rumah dengan sebuah bola plastik (sebesar bola kasti) yang dimainkan seperti permainan hoki. Namun dimainkan tanpa gawang. Aturannya hanya satu, diharamkan menyentuh bola dengan bagian tubuhmu, jika tersentuh maka kau bertugas menyentuhkan bola itu lagi ke tubuh temanmu yang lain.

Masa kecilku mengajarkanku banyak hal. Jika tidak dijual di pasaran, atau kau tidak punya uang untuk membeli, maka buatlah. Jika tidak sama persis, setidaknya kegunaannya tidak berbeda jauh. Kami mencintai proses, kami menikmati kerja keras, kami menghargai usaha kami, tapi kami tidak jatuh hati pada produknya. Karena jika sesuatu diluar kehendak kami telah memusnahkan hasil yang kami capai, kami tak perlu bersedih dan bermuram durja berlama-lama. Saat itu, menjadi pernah adalah kebahagiaan, menjadi bisa adalah kemewahan. Dan kami menikmati kemewahan masa kecil kami.

MTAS
Regards

Pembodohan (berhenti saja dijudul ini, tak usah lanjutkan)

Besok adalah Senin. Lusa pastilah Selasa. Tidak heran hari ini adalah Minggu.
Jadi tulisan ini tidak perlu dibaca. Tidak ada apa-apanya.
Besok Senin dan lusa tetaplah Selasa.
Semua itu hal biasa. Tidak ada yang mengejutkan. Hanya narasi waktu.
Dan tulisan ini pastilah pembodohan. Karena si empunya sedang migrain tak karu-karuan.

maaf

Saturday 20 June 2009

Pengumuman UAN SMP

Hari ini pengumuman UAN SMP.
Mengingatkan saya akan kejadian, hm...(mikir dulu), 5 tahun yang lalu.
Momen yang sama, pengumuman kelulusan siswa-siswi SMP Sultan Agung.
Yang namanya pengumuman, apa pun itu, selalu membuatku tegang.
Siang itu aku hanya memfokuskan diri mengalihkan pikiranku agar tidak melulu mengkhawatirkan hasil UAN-ku.
Aku pergi ke kolam, pergi mancing.
Siangnya, saat kembali ke rumah, dan bersiap-siap akan berangkat kesekolah pukul tiga sore, datang sebuah telpon.
Telpon untukku dari seorang guru, guru kelasku, guru favoritku.
Sebelumnya dia tidak pernah menelponku ke rumah maupun ke handphone.
Aku takut. Aku takut tidak lulus dan segalanya jadi menegangkan.
Telpon pun ku angkat.
Alhamdulillah, ternyata berita baik.
Aku lulus. Ibu guruku sengaja menelpon untuk mengabari terlebih dahulu bahwa gelar juara umum jatuh ke tanganku. Tanganku dingin, napasku menggebu, aku tidak percaya. Ibu guruku memintaku untuk tidak menceritakan dulu pada ayah dan ibu. Biar surprise, katanya. Aku setuju. Berangkatlah aku ke sekolah dengan bunga di dada. Siapapun tidak ku beritahu termasuk C'STARS sahabat-sahabatku. Tapi entah bagaimana, kabar itu telah tersebar. Ucapan selamat sampai sebelum piala ku genggam.
Ibu guruku tersenyum manis padaku. Aku tahu apa maksudnya. Aku menyalaminya penuh hormat.
Dia guru penuh dedikasi, menyayangiku tanpa harap balas budi. Tidak bosan membimbingku sekalipun aku bukan lagi salah satu murid yang diajarnya. Dia satu-satunya guru yang peduli saat nilaiku jatuh. Dia satu-satunya guru yang bertanya saat aku tertunduk lesu ketika rindu pada ayah ibuku yang tengah berada di tanah suci.
Dia seperti matahari. Jauh menghangatkan, dekat tapi tidak membakar.
Menjadi murid kelas pertamamu adalah berkat untukku.

a message in the bottle

Pergilah

Aku bukan siapa-siapa

Jika kau berharap aku akan menahanmu atas nama sesuatu yang masih saja kau sebut cinta,

Kau salah

Tidak pernah ada romansa disini

Kau hanya dahaga, dan ternyata aku pertapa yang kaya akan payau di tepi muara

Wajar sana kau mendatangiku, mengiraku mata airmu yang mengering dulu

Pergilah, pergi saja karena aku tidak akan tergoda untuk menahanmu

Aku mengenalmu dengan segala keinginan absurdmu akan sebuah kebebasan

Aku menghargainya, menghargai setiap ucap kata dalam kalimatmu yang membahana membanjiri langkah-langkahmu yang kerontang

Kau bilang ingin bebas

Kau bilang akan berlayar

Menuntaskan sebuah misi

Misi terakhir katamu

Aku tercekat mendengarnya, seperti sebuah igauan perpisahan

Dalam pada itu, aku hanya ingin menemanimu

Membagi sesuatu yang tak ku punya : air tanah

Kau menyesap, mengungkap nikmat

Lalu kau beri segala yang kau punya, segala yang kau bisa, sebagai balasnya

Ku tanya mengapa? Kau bilang ini bagian dari misi juga, membagi segala yang kau punya meski tak ada wadah yang menampungnya

Detik itu aku tahu apa yang merisaukanmu

Teman, kau benar, sungguh sakit rasanya melihat tangan menelungkup memberi sesaji terbaik dari dirinya tanpa ada tangan lain yang tengadah menerima

Dan kau, hidup dalam sakit itu

Lalu, aku, menyadari kegundahanmu, aku hanya ingin menjadi wadah itu, agar kau punya tempat meletakkan sesajianmu, dan menjemput ajal dalam rona kepuasan mengira misimu akan sempurna

Aku tetap tidak mau kau mengira ada romansa disini

Sejak awal telah ku katakan aku apa dan kau bagaimana

Berlayarlah

Jika kau telah siap untuk yang terakhir itu, aku akan berdoa untukmu

Hanya itu yang bisa kulakukan

Berlayarlah

Kau bilang ingin ke lembah Baliem

Untuk belajar menggunakan koteka bersama teman-teman pedalamanmu

Kau bilang hidup telanjang tanpa ada mata yang menelanjangi adalah sebuah impian

Kau ingin hidup selibat di sana, bersama mereka yang tak pernah kau kenal

Kau bilang jangkar telah kau turunkan

Tidak mungkin tidak mendarat

Maka dari itu

Aku tidak ingin kau berbalik pulang manarik sauhmu dari dasar

Kau tinggal beberapa langkah dari apa yang kau sebut sebagai impian akhir

Aku tidak ingin kau kembali dan menangisi penyesalanmu

Aku tidak ingin kau kembali atas nama sesuatu yang tidak kau pahami

Yang paling tidak aku ingini, aku menjadi alasan atas semua itu

Sekali lagi ku tegaskan tidak pernah ada romansa di sini

Pergilah jika kau mau

Segalanya akan normal sejalan dengan detak waktu

Satu saja pesanku

Jika nanti kau benar telah berakhir

Beritakan sesuatu padaku melalui apapun itu

Percayalah aku masih mahir membaca pertanda

Aku hanya ingin mengirim doa

Untukmu

Pergilah

Kau tak kan pernah jauh




February 6, 2009

Bagaimana jika?

Bagaimana jika aku benar terjatuh dan hanya ada kau yang menangkap tanganku?

Bagaimana jika aku yang tak berhati kau pinjami nurani?

Bagaimana jika aku yang pengemis dan kau yang mengadahkan tangan?

Bagaimana jika kau satu lalu aku menjadi fu?

Bagaimana jika logika melompat batas mengarungiku menuju sesuatu yang ku tahu tak bermuara kepada apapun?

Bagaimana jika di akhir perjalanan hanya ada kau yang menunggu?

Atau Bagaimana jika kau lah yang berjalan memunggungiku, memenuhi janjiMu kepadanya?

Bagaimana jika itu terjadi?

Bagaimana jika aku menyesal membiarkanmu menyusup hari dan menganyam mimpi di pusara-pusara kalbuku?

Bagaimana jika kau api dan aku debu?

Bagaimana jika kau tak pernah ada dan aku segera musnah?

Aku yakin, itulah saat inkarnasi bagi jiwa yang terkubur di satu masa

Aku, percaya pada ketidakyakinanku



January 30, 2009

Tawa dan Tangis

Mungkin matahari tak perlu murung hari ini. Seandainya kau mau duduk sekedar berbincang tentang pagi dan petang yang ku lewati di dalam mimpi. Seandainya kau mau berhenti dan tertawa sejenak, menertawai hidup tentunya…

Apa yang nikmat dari ini semua dari pada untuk ditetawakan teman? Sebut aku naif untuk itu…

Toh hidup hanya sekedar perjuangan menuju tawa (baca:senyum) dan tangis pada akhirnya.

Baiklah…

Mari kita bicara tentang tawa dan tangis.

Oh…tidak. Tentu saja aku tidak berniat menggurui, hanya sekedar menginspirasi.

Hakekatnya, tangis dan tawa hanyalah sehelai daun yang bermuka dua…

Tentu sayang…

Tentu tergantung dari mana kita melihatnya. Mari keluar dari arena bersamaku, melihat sehelai daun dari berbagai arah…

Lalu tertawa dan menangis setelahnya…



December 15, 2008

kesibu-kan atau kesibuk-an?? hehe

Akhirnya saya punya waktu lagi. saya mau lanjutin tulisan saya yang kemaren. hm…sesungguhnya saya lupa saya ngapain aja di hari-hari setelahnya. tapi yang pasti, saya keliling medan buat nganterin undangan-undangan MOP HMI.

jadi gini ceritanya. setelah ngadain workshop sirkumsisi, HMI juga ngadain MOP (Masa Orientasi dan Pengenalan), ya semacam acara perekrutan anggota untuk masuk HMI gitu deh…whateverlah… nah acaranya itu akan diadakan tanggal 15-16 November 2008, tepat 6 setelah acara sirkumsisi. artinya saya dan beberapa anggota di seksi saya hanya punya waktu 5×24 jam untuk menyelesaikan semua jobdesc yang di serahkan kepada kami. kebetulan saat itu saya di daulat menjadi koordinator publikasi dan dokumentasi. (syeehhh…bahasanya….didaulat!!, hehe). ya, sebenarnya kalo dari namanya sih, pubdok gitu loh, kerjaannya gak ribet-ribet amat, hanya mempublikasi dan mendokumentasi. tapi ternyata setelah dijalankan…OMG…saya tobat, sodara-saodara…saya tobat…haha

jobdesc terberat di pubdok itu adalah menyebarkan undangan. menyebar undangan ke seluruh jagat raya, catet ya jagat raya!! biar agak-agak hiperbola… haha…alhasil, selama 5 hari itu kami keliling-keliling medan, menyebarkan undangan, mulai dari sekawasan usu, unimed, iain, uma, uisu, umsu, RSHM, dan lain-lain. sampe-sampe saya tidak masuk kuliah,,,hiks…sungguh…sungguh….terharu….hiks….hehe….

untunglah,,di masa-masa genting itu, di waktu undangan hampir tak tersebar, ada bantuan dari my superheroes. alhamdulillah, disaat-saat genting seperti itu, sepertinya Allah selalu menolong saya melalui tangan-tangan superheroes itu…hehe,,sebut saya mereka fitri, inal, mail, nanda and the dana’s gank hehe, dan mr. hasbiyas siddik alhudawi. (sukak kali aku ngetik nama kau panjang-panjang bi, hehe).

tengkiuuu beraaatt…. buat mereka udah membantu saya dan seksi pubdok menyebar undangan dan memesan spanduk hehe….

tak lupa juga saya ucapkan (kok jadi macam pidato aku ya…) terimakasih yang sedalam-dalamnya lautan kepada seksi pubdok tercintah…fitri, kak suri, dan didi atas segala kerja samanya selama kepanitiaan…mohon maaf yang sebesarnya jika sempat ada salah kata dan tingkah yang saya perbuat, hehe…piss beibeh….

kok makin lama makin ngawur ya ini tulisan…

ya pokoknya gitulah.,,,kayaknya saya jadi kurang inspiratif hari ini,,ato malam ini,,,mungkin karena si pot-pot tiba-tiba masuk kamar 5 menit yang lalu dan membuyarkan konsentrasi dan imajinasiku…hhhhh memanglah dia selalu sukses membuatku buntu!!

ya udalah ya woi,,,disini dulu malam ini…

sebenarnya aku mau cerita soal ujian OSCE tadi, tapi yasudlah…besok saja,,,benar-benar tak muud aku jadinya….

hehehe

gapapa kok, jangan khawatir gitu lah….

hehehe

dadadaaaaa


December 1, 2008

Kesibukan (syeh…bahasanya)

Sejak tanggal 9 November hingga detik ini, sepertinya hidup saya berkejar-kejaran dengan waktu, terguling-guling di tengah badai kesibukan (halah…sibuk apa sih neng…), terlempar-lempar dari satu rapat ke rapat yang laen (sok penting), terombang-ambing di lautan ganas, (halah…kalo yang ini saya ngarang indah).

yah, pokoknya gitulah, saya sibuk. jangankan balas komen-komen di FS, balas sms tadi sore dari si cabul aja belum jadi-jadi. haha. maap min, lagi gak kompak aku sama hemponku.

awalnya kesibukan di mulai hari minggu tanggal 9 november (bukan berarti sebelumnya gak sibuk lho, tapi kejadian2 di alinea pertama tadi yang dimulai dari tanggal 9 itu). hari ini HMI tercinta mengadakan sirkumsisi. lagi-lagi saya dapat PJ membuat sertifikat. halah….saya bosan tau buat sertifikat. mo cerita dikit nih soal sertifikat sirkumsisi kemaren. jadi, si PJ Admkesek, mas hasbiyas siddik alhudawi itu meminta saya memprioritaskan pembuatan sertifikat para pemateri yang ada tiga biji. saya bilang okeh!! pokoknya pagi itu, tu sertifikat tinggal print deh. saya udah jungkir balik buatnya. sampe-sampe pembuatan sertifikat peserta terabaikan sama sekali.haha.

nah besoknya, ketika akan berangkat dari rumah menuju TKP ada sedikit accident yang terjadi. entah kenapa begitu kopling mobil saya injak, gigi saya mundurkan, gas saya injak, berbunyilah kretek-kretek gak jelas. saya udah sempat panik, secara saya udah telah karena begadang ngerjain sertifikat itu. tapi pagi itu, si ikhsan, ada di garasi, secara dia the master of the master permobil-mobilan di rumah saya, dia bilang gapapa, ya saya anteng tho? saya pun melanjutkan perjalanan dengan perasaan tenang, sambil nyetel lagu kenceng-kenceng.

di perjalanan, kedip-kedip tanda tanki kosong mengganggu perhatian saya. saya pun terpaksa berhenti di pom bensin untuk memberi minum si mobil sayang. ya, berhubung saya taat perarturan, sebelum ngisi bensin, mesin mobil saya matikan berikut tape dan ACnya. nah setelah selesai ngisi bensin, saya nyalain lagi mobil dan AC tanpa menghidupkan tape mobil. disini kecurigaan saya bangkit lagi dari kuburnya. suara kretek-kretek itu mengahantui telinga saya, semakin kencang mobil berlari (punya kaki kaleee), semakin frekwentif bunyi itu berlagu. saya anteng aja, sok anteng sebenarnya. saya pikir, paling ada ranting nyangkut, saya sering begitu masalahnya. lagipula, saya males turun untuk melihat, karena saya diburu waktu. di tengah jalan, teman-teman saya menelpon dari TKP, meminta di bawain ransum, mau tidak mau menepilah saya di pinggir warung terdekat. setelah turun dari mobil, saya periksa keadaan mobil saya sekalian, dan OLALA…. ban mobil saya kempes ternyata. tapi saya sok cuek aja. tetep ke warung dulu, beli ransum, trus nendang-nendang ban mobil (sambil berharap bisa gembung lagi, edema gitu, haha). ya, akhirnya saya minta bantuan juga ke TKP, tak sampai 5 menit, tibalah dua orang superhero berwujud manusia, haha. Mr. Fajri and Mr. Fadhil. duo ratu, ups, duo montir andalan nusantara dan jagat raya. haha. gak pake salam, cipika-cipiki, nanya kabar, mereka langsung beraksi. aku sendiri sampe sedikit terbengong-bengong, dengan cekatan fadhil mengambi di dongkrak di bawah kursi penumpang depan. kenapa saya melongo bodoh? karena lebih dari setahun saya pake ni mobil saya gak pernah tau ada dongkrak disitu!! puas!! haha…tanpa babibu, akhirnya ban serap telah terpasang, dan ban kempes telah menggantikan tempat ban serap di bagasi. thanks to u both my bro. dan oleh oli-oli yang menempel itu, terpaksalah mereka berganti baju pulang ke rumah.

nah, kembali ke topik nih, saya tiba juga akhirnya ke TKP. lalu perhatiannya mulai tersedot ke arah printer. ya, printer laptop, dan kursi adm kesek hari itu menjadi singgasana termewah saya setelah beberapa kali wara-wiri di adm kesek. kenapa? karena acaranya berlangsung di ildrem. dan hotspot di ildrem oke. gak kayak di seminar. haha.

masalah berikutnya melanda. ternyata oh ternyata, kertas buat ngprint tu sertifikat kagak ada. oh no. ada sih satu. terpaksalah kertas itu diberdayakan sebisa mungkin dengan harapan saya tidak salah print. haha. and the next problem is, it was sunday. pajus surga kertas margono libur, tutup. habislah sudah. saya mencoba mencari di sekitar kampus, tapi tidak ada. yang ada juga harganya selangit-langit. masa biasanya saya beli selembarnya 400 perak, dia mau jual seribu rupiah perlembar? gila aja. akhirnya Mr.Hasbiyas siddik alhudawi turun tangan. dapetlah margono dengan harga mahasiswawi itu. memanglah kau bi, tau aja kau dimana margono bersarang. memang cocok kau cap margono itu nempel di kepala kau. raut wajah kau udah aroma berkas bi, dasar adm kesekers!! haha.

alhasil siang itu saya habiskan dengan mendesain sertifikat baru lagi untuk peserta. dan teryata, desain sertifikat peserta yang saya kerjaan ogah-ogahan itu lebih dipuji (ciee dipuji…) dari pada desain sertifikat pembicara yang saya kerjakan jungkir balik itu. tapi ya sudahlah. toh gak penting juga di bahas. haha. karena terlalu sibuk dengan sertifikat saya jadi kehilangan moment menonton pemotongan burung-burung mungil itu, haha.. lucu-lucu deh reaksi mereka.

lalu, tibalah pukul 4 sore. adel, selaku the kppers meminta saya dan tiga pria tangguh lainnya (fajri, maal, rayhan) untuk nganter pasien sirkumsisi ke MARYLAND… ya saya iyain aja. asumsi saya, ya marelan itu gakjauh-jauh amir. saat itu jam 4, jadi perkiraan saya jam 6 udah bisalah saya sampe medan lagi. akhirnya berangkatlah kami. di mobil saya ada sekitar 5 penumpang, dengan 2 ibu-ibu dan 3 anak-anak. perjalanan di mulai. saya masih semangat nih. sambil cerita-cerita ngobrol gak jelas dengan ibu-ibu itu. kenapa saya bilang gak jelas? sebenarnya jelas sih, cuma saya aja yang bener-bener gak interest dengan topiknya. si ibu itu membahas AMROZI. sepanjang jalan, dia bolak-balik menyesalkan kenapa Amrozi dan kawan-kawannya harus di eksekusi mati, gimana perasaan orang tua mereka dengan kenyataan itu, gimana remuk redam hati istri dan anaknya. okelah, argumen dia tentang hal-hal melankolis itu saya terima. tapi saya pikir ya sudahlah, (saya memang gak suka mikir ribet-ribet yang gak jelas) kalo memang vonisnya demikian, terimalah. lagi pula ia memang bersalah. siapapun dia, saya setuju dia dieksekusi, terlepas dari perasaan-perasaan keluarganya dan lain-lain. etap saja dia bersalah. sudah kan, beres! case closed, menurut saya. tapi ternyata tidak menurut ibu itu. diakembali mengulang-ngulang keluhannya tentang perasaan ibu, istri dan anak mereka. hm…saya sudah mulai bosan nih ngetik…ada yang masih belum bosan baca tulisan saya? hehe…

waktu terus berjalan, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 4.45, sudah 45 menit berarti kami di perjalanan. iseng-iseng saya bertaya pada ibu-ibu itu, ‘masih jauh ya bu?’ (saya belum pernah ke maryland) ‘ya lumayanlah’ jawab si ibu-ibu itu. hampir saya buang keluar stir mobil saya demi mendengar jawaban si ibu-ibu itu. berarti jauh dong!! argh!!

akhirnya pas jam 5 kami sampai di maryland kota idaman itu dengan selamat. manjanya lagi, tu pasien minta di antar ke depan rumahnya satu persatu. oLALA… petualangan belum berakhir ternyata. dan ternyata oh ternyatanya lagi, rumahnya itu pada mendaki gunung lewati lembah nyungsep di sawah…serasa ninja hatori deh hari itu.

hm…akhirnya selesai juga jadi supir taksi dadakan. sekitar 5.30 kami mulai keluar dari daerah maryland, pulang kembali ke peradaban medan. nah, disini petualangan seru dimulai lagi. formasi perjalanan pulang kami adalah fajri sebagai penunjuk jalan di depan, kedua saya, ketiga dan keempat ada maal dan rayhan. fajri si raja jalanan nyetir mobil serasa dia lagi jalan sendiri, gak konvoi gitu. dan saya sebagai pengemudi si posisi kedua (gayanya…) harus mau tidak mau mengejar ketertinggalan saya. kalau tidak maka saya dan dua rekan supir taksi saya di belakang akan kehilangan arah. alhasil kami berempat beraksi layaknya raja jalanannya. nyetir mobil seperti lupa injak rem, ngegas terus…terus…beberapa kali saya hampir selip. ditambah lagi jarak pandang saya berkurang karena saat itu hujan lebat. oh god…ingin rasanya ku jitak si fajri saat itu. haha…akhirnya kami berhasil mencapai medan dalam waktu 35 menit. padahal waktu pergi kami memakan waktu 1 jam. walah-walah….

setelah sampai di peradaban medan, dipersimpangan, kami berpisah, mereka bertiga menuju kampus, saya ke rumah.

hm…ini baru cerita hari pertama. saya udah pegel ngetiknya. besok-besok saya lanjutin lagi. saya juga udah ngantuk, ini udah jam 1 dini hari dan besok pagi saya ujian jam 8. dan sekarang, bukannya belajar, saya malah posting?? walah…walah…

ya sudahlah…

goodnite


November 28, 2008

Malam ini aku akan egois

Malam ini aku akan egois
Malam ini aku akan ku lahap habis untuk ku sendiri
Aku tidak akan peduli apapun
sekali lagi, APAPUN

Rasanya sudah berpuluh-puluh purnama yang ku lewati tanpa menyapa ‘aku’
dan memberinya sedikit ruang gerak untuk menggeliat mengendorkan urat.
Sungguh, ketidakberadaan’nya’ memang membuatku hening sekaligus tak beremosi

Malam ini akan ku tebus kesalahan pada’nya’
Memanjakan’nya’ dengan sedikit argumen dan kata-kata
hm…
Bibir’nya’ masih mengerucut
Aku tahu, hanya sekedar ini pasti tidak cukup

Pertama akan ku mulai melahap malam dari kata-kata
Menjamah lagi alinea yang sempat ku susun dalam rima cakrawala aksara
menimbang rasa,
mengkalkulasi fakta,
membaca pertanda,
menyeimbangkan neraca,
mewartakan aura.

aku kehabisan nafas
terpontang-panting dalam gulatan giat
aku meledak dalam dentuman jantung mendendangkan irama dalam liukan fonem dan diksi belaka
aku memuncak
lalu antiklimaks
aku kembali bernafas

sesederhana itu ternyata untuk menghidupkan ‘aku’

malam ini aku akan egois
aku berdiferensiasi menjadi dua derivat yang sangat ku kenal
aku dan ‘aku’

aku akan egois
malam ini, kuberi ‘ia’ ruang gerak untuk menggeliat
kata’nya’ ia ingin merangkai bulan lalu bintang lalu matahari dalam satu vas galaksi

ku bilang pada’nya’, ” ‘kau’ berlebihan.”
‘dia’ bilang aku yang terlalu realis hingga tak pandai menghayal

ku balas kata-kata’nya’
“aku tak suka menghayal, apalagi terlalu tinggi sepertimu, aku takut terjatuh lalu disakiti tanah”

dan ‘dia’ tertawa dan menyebutku naif

aku tak terima. aku bilang aku realis. ‘dia’ yang naif

tawa’nya’ semakin meledak. sarkasme’nya’ keluar dengan menyebutku bodoh, tak bisa membedakan hayal dan mimpi

aku melongo. ‘dia’ makin terpingkal.

sambil menahan geli ‘dia’ berkata, ” ‘aku’ tidak pernah takut berhayal tinggi, karena ‘aku’ tahu ‘aku’ tidak akan jatuh karena ‘aku’ terbang dengan sayap pengandaian. seandainya pun sang sayap telah rongsok, ‘aku’ tak kan takut menyentuh tanah. karena ia menyadarkan’ku’ bahwa rasa sakit itu ada. ketika ‘aku’ akan bermimpi, maka sebelumnya ‘aku’ akan membeli tiket VVIP pesawat luar angkasa pulang pergi. ‘aku’ tak perlu meminjam sayap rongsok dan mendarat di tanah tandus. ketika ‘aku’ bermimpi, ‘aku’ akan terbang bersama maskapai optimis.

aku mengangguk dan tersenyum.
‘dia’ berlalu. mengintegralkan diri kembali menjadi utuh.
debat telah usai. ‘dia’ menang. aku yang lega.

Aku tak hirau harus seberapa subuh ku bangun esok pagi dan seberapa dini aku tidur malam ini
Malam ini akan ku habiskan untukku sendiri

bersama irama tuts keybord mas kompi, tesaurus indonesia sejati, blogwalking sana-sini.
ahhh….aku segar lagi. setelah rutinitas yang tak berganti-ganti ini.

kapan aku akan egois lagi ?? ^_^

Di atas tempat tidur, 5 November 2008 12:57

Bukankah

Aku telah sampai pada batas emosiku. Aku telah tiba pada tahap aku tidak ingin berpikir, aku tidak ingin membahas, aku tidak ingin mengingat, aku tidak ingin apa-apa. Kecuali bangun esok pagi dengan keadaan sehat walafiat, rambut tidak awut-awutan, tidak telat, dan masuk praktikum farmako dengan selamat.

Aku telah sampai pada batas emosiku. Dimana aku tidak ingin lagi berpikir dalam kalut dan amarah. Dimana aku hanya ingin melihat ini semua dari sudut pandangku dan pandangmu. Aku tidak egois kan. Aku toh tidak akan membuat kemenangan sepihak diriku di alam liar pikiran-pikiranku, walaupun aku dengan sah memiliki otoritas itu.

Aku memberimu, memberi kalian semua porsi yang sama untuk berargumen di kepalaku. Aku telah sibuk mengkalkulasi, menyeimbangkan neraca, meratakan pandangan, mewartakan berbagai kemungkinan, tapi tetap saja, aku tak punya pembelaan apapun untukmu. Aku tak punya pilihan lain kecuali menjatuhkan seluruh tuduhan terhadapmu. Toh kau tak memiliki pembelaan. Peradilanku berjalan seimbang.

Kurang adil apa aku? Apa aku harus mendiamkan emosiku dan menyuruh pergi amarahku? Itu tidak perlu. Toh aku tak kan menjadi debu jika kau berwujud api karena aku adalah besi.

Karena aku telah berjanji untuk terus berdiri. Hingga remuk pinggangku menahan nyeri.

Karena aku telah berjanji untuk terus berjalan. Hingga darah di kakiku kering dan mengucur lagi.

Karena aku telah berjanji untuk terus berlari. Hingga meledak paru-paruku ini.

Karena aku telah berjanji.

Bukankah harus aku tepati??



November 2, 2008

Lebaran Rundown

Pernah dengar ga ada orang menderita kebosanan akut sampe hampir setengah gila? Saya belum pernah dengar. Ini kali pertama saya mendengarnya langsung dari mulut saya. Mulut saya pun tau setelah mendengar ocehan-ocehan sampah dikepala saya. Intinya, saya sendiri yang mengalaminya. Kebosanan akut mendekati kronis stadium 3 c, metastasis ke sentinel nodus dengan gejala utama tanda-tanda gangguan fungsional motorik yang mulai tidak korelatif dengan perintah si atasan yang bersemayam di rongga kepala.



Saya dilanda kebosanan akut pada liburan kali ini. Saya bilang ini rekor. Biasanya symptoms seperti ini saya rasakan setelah melewati minggu kedua di kampung halaman, tapi kali ini saya sudah menyadari kehadiran gangguan-gangguan aneh ini di hari ke lima keberadaan saya disini.



Dengan sisa-sisa fungsi nervus yang masih bisa saya andalkan, saya mencoba menelaah kembali sebab terjadi perbedaan ini. (halah….dibahas bgt yak…). Yang pertama, biasanya saya mengalami kebosanan karena konstan selama dua minggu tidak ada yang saya kerjakan kecuali naik tangga turun tangga, ke dapur icip-icip masakan, mondar-mandir ga jelas dirumah, gangguin sepupu2, tidur, nonton tivi. Konstan selama 2 minggu. Tapi biasanya menjelang akhir minggu kedua,, akan mulai tampak gejala-gejala baru berupa tertawa-tawa sendiri yang tidak jelas disebabkan oleh apa. Yang kedua, biasanya keadaan seperti ini saya atasi dengan keluar rumah, keliling kota sambil karokean ga jelas sendiri sampe tangan kram pegang kemudi, atau nongkrong di warnet sampe panggilan alam berteriak nyaring,,’ke toilet donk….mau pup nie…’. Selebihnya saya kembali tidur, icip-icip masakan (icip-icipnya dua piring), tidur lagi. Alhasil sehabis liburan saya terkena serangan stress kronis plus shock anafilaktik akut mendadak karena banyaknya baju kuliah saya yang jadi kesempitan.



Tapi liburan kali ini berbeda. Saya bosan bukan karena ketiadaan kegiatan. Tapi lebih karena terlalu banyak kegiatan yang konstan. Coba bayangin deh, tiap pagi bangun, langsung turun ke dapur, nyusun piring di meja makan buat sarapan pagi. Abis itu bantuin masak. Trus sarapan bareng. Abis sarapan, bersihin meja, cuci piring, nyimpen piring ke raknya. Trus mulai babak baru, nyuci baju. Setelah nyuci baju, ngelipatin kaen kering. Sehabis trip perkainan selesai, masuk babak baru, trip permasakan. Mulai dari cabe, bawang (sumpah, dari pada ngupas bawang mending ngiris cabe berember-ember deh…), sayur-mayur, dll. Setelah ronde masak selesai, akan dilanjutkan dengan menata meja makan kembali. Trus udah kebayang dong ya kelanjutannya bagaimana,, makan siang, beresin meja, nyuci piring, nyimpen piring. Dan disela-sela semua itu tadi akan di selingi pariwara-pariwara berupa tamu-tamu yang siap sedia absen di rumah berkompi-kompi. Tape”’ deh……….siangnya akan di isi dengan tidur siang tambo-tambo sampe mata bengkak akibat kelelahan dan begadang malam sebelumnya. Sorenya ya mulai lagi deh dengan urusan remeh temeh khas mamak-mamak rumah tangga, nyapu, ngangetin makanan, nata meja lagi,makan lagi, beresin meja lagi, nyuci piring lagi. Yang biasanya akan sadaqallahuladzim sekitar pukul 9.



Setelahnya, saya manfaatkan dengan OL. Onlain menjadi surga saya. Onlain hadir layaknya hujan di musim paceklik karena kemarau. Onlain datang layaknya kapas penyumbat kuping ketika musim hujan tiba dan katak-katak ikut bernyanyi bersama. Saya onlain kira-kira sampe pukul 11 atau 12. Sebenernya saya sendiri juga bosan onlain selama itu dengan tidak ada hal menarik yang saya temukan di pelayaran saya di dunia maya. Akhirnya saya benar-benar kelelahan fisik. Saya bangkit dari meja makan (tempat saya nyolokin kabel telpon) menuju kamar, sesampainya di kamar, saya yang lagi kangen-kangennya dengan bantal guling langsung melompat ke tempat tidur dan memeluk si guling sayang dengan mesranya. Namun seketika itu juga insomnia saya kambuh mendadak. Ini adalah akibat kebiasaan saya di temani tidur oleh si nel-nel or si des-des. Ya namanya liburan lebaran otomatis mereka juga liburan donk di kampung masing-masing. Alhasil saya baru bisa memejamkan mata pukul 2 pagi, itupun sudah di ninabobokkan oleh suara tivi yang saya biarkan hidup sampai esok pagi. Sengaja tivi saya hidupkan sampai pagi untuk meredam suara-suara gak penting saat hening di malam hari. Apalagi kalo lagi ujan2 gini,,rintik2 hujan itu akan terdengar begitu horor di telinga. Setelah berhasil terlelap, keesokan paginya saya harus bangun pagi lagi pukul 6, atau selambat-lambatnya pukul 6.30 untuk memulau kembali rutinitas piring-piringan dan kaen-kaenan itu….



Akibat dari itu semua adalah pada hari ke lima tubuh saya menunjukkan gejala-gejala kekurang-kompakan. Akibat kebosanan akut mengarah ke kronis yang saya derita di hari ke lima fungsi motoris saya mulai terganggu,,ya seperti yang saya jelaskan tadi di ataslah, ada kukurang-kompakan antara boss ‘lembek-lunak’ di kepala saya dengan fungsi ekstremitas. Manifestasi dari kekurang-kompakan itu terwujud dalam suatu gerakan berlebai gak penting, seperti, ketika berjalan mengangkat piring,gelas,mangkok,bahkan galon aqua, kaki dan tangan saya memberikan gerakan seperti penari jaipong hendak memintal benang di tepi kali…hah? Maksud loe? Ya gitulah….ente bayangin aja…



Jadi intinya, untuk mengatasi kebosanan akut menuju kronis stadium 3 metastase ke sentinel nodus, tubuh saya memberikan sebuah mekanisme kompensasi penghilang kejenuhan berupa tari-tarian disela-sela perjalanan dapur-ruang makan, yang jika di ukur jarak bolak balik yang saya tempuh sudah mencapai ratusan bahkan ribuan kilometer (lebai…!!)…



Ya begitulah kisah liburan lebaran saya dikampung halaman tercinta. Buyar semua planning namu ke sana kesini…. Hahaha…. Hidup lebaran!!

Minal aidin walfaidzin…mohon maaf lahir dan bathin….



October 4, 2008

nasehatin diri sendiri yeah??

uuuugghh…!!

sampe kapan kaw banding2in dulu dan sekarang mes?? kau idup dimasa ini,,sekarang,,rite now,,!! hadapi mes!! gimanapun hasilnya nanti,, itu tidak penting..(penting juga sih),,yang penting kamu udah usaha semaksimal mungkinn,,

lupa? famaya’malmistqaladzarratin khairayyarah,,wama ya’mal mistqala dzarratinsyarrayyarah…

ingat tu mes!! kalo mau lebih, usaha lebih donk,,,!! belajarlah mencintai apa yang ada didepan matamu, didepan MATAMU!!,,

berhenti berharap yang lalu akan terjadi lagi,,berhenti berangan2 ga jelas mes,,susun langkah, tetapkah hati,,patuhi mes,,patuhi aturan yang kaw buat,,

masa lalu adalah masa lalu,,masa depan ya masa depan,,tapi kau hidup dihari ini,,detik ini,,jangan kau lupa itu,,

gak usah muluk2 mes,,kerjakan aja dulu apa yang ada didepan MATAMU!!,,

seribu langkah besar juga dimulai dari satu langkah kecil yang pertama,,itu mes,,that’s the point,,langkah kecilmu yang pertama,,!!

argh!! aku bingung!!


September 16, 2008

nang…

"nang…

sebagai manusia yang dhaif adalah pantang mencari lawan.

tapi sebagai seorang ksatria tak sempurna tanpa tantangan.

jangan pernah memukul jatuh musuh yang memukulmu.

tapi biarlah dia jatuh karena kau menghindar dari pukulannya…"

itu kata ayah….


September 5, 2008

hidup

Hidup adalah perjalanan


Dari tidak pernah menjadi pernah


Dari awal hingga akhir



Hidup adalah pembelajaran


Dari tidak tahu menjadi tahu



Hidup adalah kenangan

Dari yang terjadi menjadi terlewati



Perjalanan hidup untuk direnungi


Dari tidak menyadari hingga sadar diri

September 5, 2008

hari itu

Dan tibalah kita dihari itu


Disaat bibirku sendiri kaku


Saat kusentuh keremangan diufuk barat sana


Jiwaku tertinggal membuai kegelapan timur bermakna ganda yang tersamarkan bersama-sama angin utara menghembus tiap helai nafas yang pernah kuhirup, atau mungkin kau hirup. Disini kita pernah mencaci maki wajah angkuh menegak sombong, tinggikan dirinya, andai siapa pun dia, kita tak pernah peduli, yang ada hanya keegoan semata ketika ada kegairahan untuk tertawa-tawa melihat ketimpangan di nanar tatapan mereka.




Lalu tibalah kita dihari itu,


Ketika aku sendirian mencoba menelaah apa, siapa, mengapa, bagaimana, tanpa arah mata angin, tanpa belas kasihan sang surya. Bintang pun seakan kehilangan kelopak matanya untuk mengedip sekedar berikan cahaya untuk lelucon yang tak lagi lucu ini. Sepantasnya sudah kutanyakan dimana kau saat itu? Tapi pernahkah?




Ketika kita tiba di hari itu,


Pernahkah terlintas di alam bawah sadar kita, bahwa adam dan hawa tak seharusnya keluar dari surga andai Allah tak mengharamkan sesuatu yang menggoda, bahwa segala sesuatu keluar dari batas kita tanpa kita setuju, siapa yang mengerti andai kebisuan merajai segala penjuru bumi.




Masih dihari itu,


Kita persenjatai diri dengan tangis dan debu. Tawa bukan lagi hak kita. Mengais-ngais sisa lelucon nista dulu pun tak guna. Yang dulu surga, saat itu neraka dan hari ini musnah. Tidak berjejak. Sekalipun tertinggal aku tak yakin ada yang bersedia mengabadikannya. Bahkan aku. Kematian raga adalah manusiawi. Pembunuhan jiwa, masihkah bisa ditolerir lagi? Bahkan nyanyian dewa-dewi pun kini tak lagi ber-esensi. Hanya olahan nada dan syair indah yang aku mulai lupa cara memaknainya.




Akhirnya mulai kulewati hari itu,


Telah kuselesaikan jembatan ini. Jembatan antara keberingasan mimpi dan entah apa diujungnya. Memang tak harus selalu tawa yang menanti disana. Tak juga tangis. Atau pesta kemenangan. Mungkin hanya nada romansa yang mulai bisa diberi makna. Mungkin tak ada yang tahu pasti apa artinya semua ini, tapi lagu yang ber-esensi mungkin adalah keberingasan mimpi lagi.


Mungkin juga tidak.




Laju angin yang tak terdeteksi menerbangkan apa saja yang ada dihadapan kita. Memberi kita ruang lega untuk mulai menata hidup baru lagi. Ada yang tertawa gembira barangkali diujung sana, ada juga yang sekedar bersimpati, tapi tak sedikit yang mencemplungkan diri mengira sebagai si bijaksana sejati.




Hari ini tak pernah ada ruang kosong untukku bernafas lega.


Sesak yang hanya bayangan mungkin akan kurasakan hingga akhir. Dan aku ingin ini berakhir. Kembali kutapaki jalan berduri. Sejak awal kita memang sendiri. Maka diakhir pun tak ada yang berganti.


Tegaklah berdiri di kaki ini. Kita tak harus selalu bertanya dimana arah pasti. Kadang di saat kaki tertatih untuk sekedar berdiri, disanalah petunjuk diberi. Itulah saat kita melangkah maju lagi. Begitulah seterusnya hingga mentari tak lagi menyapa pagi, dan malam tak datang untuk sekedar menghakimi.


September 5, 2008

KPK, the curative one, where’s the preventive?

Permasalahan utama tindak korupsi dan penyuapan di Indonesia bukanlah masalah siapa pelakunya, siapa saja yang terlibat, kemana dan dari mana aliran dana mengalir,dsb. Saat ini sepertinya kita hanya berputar-putar di sekitar permasalahan yang itu-itu saja. Mengapa kita tidak mulai naik setingkat lebih tinggi dalam melihat masalah ini dengan kacamata yang lebih luas. Karena sesungguhnya makna pemberantasan korupsi tidak sekadar mengejar, menahan, mengadili dan memvonis pelaku. Tindakan-tindakan yang telah diambil oleh pihak berwajib mungkin memang mengurangi angka terjadinya korupsi dan penyuapan. Namun, perlu diketahui bahwa berkurangnya ataupun menurunnya angka kejadian korupsi dan penyuapan terjadi bukan sebagai manifestasi adanya kesadaran dari oknum-oknum terkait, tetapi lebih karena keterpaksaan dan ketakutan. Artinya saat pihak berwajib tidak lagi bertindak sekeras dan setegas saat sekarang ini, bukan tidak mungkin angka kejadian korupsi kembali meningkat. Pertanyaannya, benarkah jalan keluar pemberantasan korupsi dan penyuapan hanya sampai pada memburu, menahan, mengadili dan memvonis pelaku? Tentu saja tidak. Selain menciptakan sebuah lembaga anti koruptor ( dalam hal ini KPK ), satu hal yang sebenarnya sangat mendasar yang bisa dijadikan sebagai kendali praktik korupsi dan penyuapan jangka panjang adalah dengan mengendalikan keinginan oknum secara psikis. Artinya kita memberikan sebuah kesadaran, paling tidak meminimalkan niat dan keinginan untuk melakukan tindakan-tindakan kriminal tersebut. Salah satu cara yang bisa dipertimbangkan saat ini adalah dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat, utamanya aparatur pemerintah. Mengapa aparatur pemerintah? Karena pada dasarnya kesempatan untuk korupsi dan menyuap yang terbesar ada di lingkungan aparat pemerintah yang notabene menyentuh langsung ke masyarakatnya.

Sejak awal pola pikir kita harus dibenahi ketika menghadapi suatu masalah. Artinya tindakan-tindakan solutif yang kita lakukan tidak semata-semata berbentuk suatu tindakan kuratif (menyembuhkan/memperbaiki sesuatu yang salah), tapi lebih dari itu, kita harus mulai memikirkan tindakan preventif untuk mencegah masalah itu terjadi. Bila kedua hal ini berjalan dengan berkesinambungan, insya Allah akan membawa perubahan yang lebih baik.

Dewasa ini kita tidak bisa lagi berpandangan bahwasannya terjadinya praktik korupsi ataupun penyuapan di negeri ini semata-mata kesalahan si oknum yang bersangkutan. Kembali lagi kita harus berpikir sederhana dengan pola sebab akibat. Apa sebabnya seorang oknum melakukan korupsi dan penyuapan atau bahkan disuap? Jawaban yang kita peroleh bisa saja bervariasi. Namun satu hal yang pasti, motif utama tidak selalu adalah keserakahan si oknum. Ada satu hal penting yang ikut ambil bagian dalam fenomena ini yaitu pola kehidupan yang berkembang dalam masyarakat kita. Saya akan mulai menjelaskan dengan analogi agar dapat lebih mudah dipahami.

Misalnya ada seorang camat, yang notabene adalah seorang pemimpin di kecamatannya. Masyarakat memandangnya sebagai seorang petinggi, dan adat kebiasaan di masyarakat kita adalah melihat orang-orang seperti si Camat adalah seseorang yang pasti berduit karena jabatan yang dipegangnya sehingga tidak jarang begitu banyak permohonan bantuan dan lain sebagainya yang dialamatkan kepada beliau. Itu yang pertama, yang kedua, sekarang ini zamannya LSM, Lemabaga Swadaya Masyarakat. LSM muncul bagaikan jamur di musim penghujan. Bertabur dimana-mana. Agenda utama pembentukan LSM sungguh sangat mulia awalnya, yaitu sebagai lembaga yang turut mewadahi dan memperjuangkan aspirasi masyarakat. Namun pada praktiknya, sangat disayangkan, karena kebanyakan (tidak semua) lembaga non profit ini malah menjadi pemancing di air keruh yang ujung-ujungnya tidak tidak bukan adalah masalah kesejahteraan lambung. Wajar kita pertanyaan, apakah mungkin seorang camat yang notabene masih berada di jajaran kepangkatan eselon III dapat memenuhi semua hal ini. Padahal pendapatan pokoknya mungkin tidak sebesar yang kita bayangkan. Apakah mungkin dia akan mengorbankan kehidupan keluarganya yang notabene adalah tanggung jawabnya demi itu semua.

Mari bersama kita kembali berpikir. Apa sebenarnya yang sedang terjadi di negeri kita. Mari kita sama-sama mulai mendewasakan diri dengan segala fenomena ini. Mari kita sama-sama melihat dari sudut pandang yang berbeda tentang ini semua. Kita tidak bisa selalu menilai dari kacamata kita. Karena kita tak kan pernah mampu mengukur sesuatu menggunakan standar yang kita punya secara subjektif.

Itu hanya sebuah contoh kecil atas fenomena yang terjadi di Indonesia. Kembali kita pertanyakan, cukup mampu kah KPK sendiri yang bertindak memberantas korupsi di Indonesia? Atau hanya menakut-nakuti saja dan menimbulkan euforia sesaat dan redup kembali ketika zona KPK juga telah tercemar oleh praktik-praktik kriminal yang sama? Apakah sudah saatnya Indonesia menaikkan tingkat kesejahteraan rakyatnya untuk meminimalkan keinginan untuk melakukan tindakan korupsi dan penyuapan? Ini pantas dipertanyakan.

Ctt : bukankah lebih baik anggaran pada pos pembuatan baju khusus tahanan KPK dan pos-pos lain yang tidak begitu krusial dialihkan ke pos peningkatan kesejahteraan atau hal-hal lain yang jauh lebih bermanfaat di saat keadaan negara tidak kondusif seperti ini? Semua ini pantas kita pertanyakan!


MTAS


(hasil sebuah diskusi panjang dengan seorang teman berinisial SB)

September 3, 2008

hadiah ulang tahun yang terlambat datang

apa pentingnya sejarah??

tentu saja penting. sejarah membawa kita memahami dari mana segala sesuatu bermula. sebelumnya kita perlu menyamakan persepsi, sejarah itu apa. secara harfiah saya rasa kita semua sudah mengetahui asal kata sejarah adalah sajaratun (bahasa Arab) yang berarti pohon atau silsilah. umumnya sejarah diartikan sebagai informasi tentang kejadian yang terjadi di masa lampau (wikipedia). tetapi sejarah bukan hanya mata pelajaran wajib di sistem pendidikan kita. sejarah juga tidak hanya berputar-putar pada manusia purba, zaman prasejarah dan sejarah, zaman kerajaan, kemerdekaan, revolusi, reformasi, dan sebagainya. lebih dari itu sejarah adalah media pembelajaran, pembelajaran untuk kita lebih mengenal bangsa kita sendiri, bangsa indonesia. lebih difokuskan lagi, sejarah adalah media pembelajaran untuk kita mengenal diri sendiri.

pernahkah kita berfikir, apa gunanya kita dicecoki dengan kisah-kisah yang terjadi di zaman yang sama sekali tidak dapat kita bayangkan. saya sering berfikir tentang itu. setelah melewati beberapa proses, akhirnya saya dapati kesimpulan bahwa sesungguhnya targetan utama dari pembelajaran sejarah bukan pada pengetahuan tentang tahun berapa perang diponegoro terjadi, kapan kerajaan sriwijaya hancur, berapa banyak pahlawan revolusi yang gugur pada peristiwa G30S dan hal-hal sejenis lainnya. bukan itu. lebih dari itu, kita di ajak berpikir mengapa hal-hal seperti itu terjadi. Kita di ajak berpikir untuk memahami bahwa proses menuju terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia bukanlah suatu proses yang berjalan dengan mulus. Dan yang lebih penting lagi, kita di ajak menghargai dan mencintai Indonesia sekalipun dalam keadaan terpuruk seperti ini. Karena sesungguhnya Indonesia pernah mengalami keadaan yang jauh lebih buruk dan lebih mencekam dari saat sekarang ini. Tapi Indonesia bertahan. Percayalah kita masih kuat. Masih sekuat dahulu ketika senjata masih meriam bambu. Masih sekuat dan selantang suara Soekarno ketika memproklamirkan kemerdekaan negeri ini.

Sederhana saja, bagaimana mungkin kita bisa menghargai sesuatu yang kita tidak ikut ambil bagian dalam memperjuangkannya. Analogi sederhana yang saya alami beberapa hari yang lalu di bazar HUT FK USU. Maaf jika cerita ini menjadi sedikit melenceng. Hari itu saya tergabung dalam tim penggoreng bakwan. Sungguh saya sendiri bingung harus menggoreng dengan apa. setelah mencoba berbagai teknik berulang-ulang, akhirnya kami berhasil menggoreng bakwan dengan hampir sempurna. Setelah itu, setelah perjuangan (ya bolehlah dibilang perjuangan) menggoreng bakwan berhasil, orang lain yang tidak melihat perjuangan itu mungkin tidak akan menghargai bakwan tersebut sebagaimana kami-tim penggoreng- menghargainya. Karena apa? karena mereka tidak tahu ataupun ikut ambil bagian dalam perjuangan tersebut.

Sama halnya seperti Indonesia. Siapa diantara kita-generasi muda- yang bisa membayangkan bagaimana rasanya berada di antara desingan peluru saat perang? Mendengar suara bom dan meriam sama santainya seperti mendengar musik rock? Hampir saya pastikan tidak ada. Dan saya pastikan kita tidak mungkin terlibat dalam perjuangan memerdekakan Indonesia. Kemerdekaan telah kita dapatkan semenjak kita hirup udara pertama di negeri ini. Kemerdekaan telah kita rasakan sejak kita belajar merangkak di tanah ini. Kemerdekaan telah kita rasakan saat pertama kali kita di basuh oleh air di bumi ini, bumi Indonesia. Semudah itu kita merdeka. Tidak ada yang harus kita perjuangkan demi tegaknya merah putih. Tidak ada desingan peluru dan meriam yang harus kita dengar demi bebasnya kita berpakaian tanpa goni. Tidak ada teman. Tidak ada.

Namun, oleh sejarah, kita diajak merasakan perjuangan, kita dipahamkan semangat kejuangan, kita dipahamkan arti revolusi, kita dibekali dengan semangat reformasi yang pada akhirnya kita diharapkan untuk menghargai dan mencintai negeri ini.

Bangun jiwa nasionalis kita teman. Belajarlah berterima kasih kepada negeri ini, yang tanahnya, yang airnya, yang udaranya kita gunakan dengan percuma mulai dari kita diberi nyawa oleh yang Maha Kuasa mungkin hingga pemberian itu diambil kembali. Kembalilah kepada Ibu Pertiwi. Jika bukan kita, siapa lagi?

Untuk Indonesia, yang tanahnya, yang airnya, yang udaranya mengisi setiap sel tubuhku. Sebuah hadiah ulang tahun yang datang terlambat.

Hepi bedday Indonesia



September 3, 2008

diterima apa adaku

diterima apa adaku



saya adalah saya
sulit mendeskripsikan seperti apa
seperti sulitnya saya memahami diri saya sendiri
tapi biarlah…
let me try…
saya anak bungsu dari dua bersaudara (dulunya tiga)
saya dipanggil adek dirumah
kadang-kadang saya bisa berubah drastis dirumah ataupun diluar rumah
saya bisa berteman dengan siapa saja
dari mana saja…

saya sedang bimbang…
bimbang karena apa?
nah itu dia…
saya juga bimbang menentukan mana masalah yang lebih mendominasi kebimbangan saya…
nah lho…

saya suka bercanda
saya suka tertawa
saya bisa tertawa oleh apa saja, dengan siapa saja… tapi tidak kapan saja…

tapi saya juga bisa serius…
pada saat-saat yang diperlukan

sAya suka pada orang yang bisa menilai saya apa adanya saya
tidak karena faktor latar belakang saya
saya tidak suka dibanding-bandingkan ato disama2kan dengan yang lain
karena saya adalah saya
tidak ada dua saya dibumi ini

saya suka baca,
baca apa saja..
terutama buku-buku sejarah kontroversi
saya juga suka novel tidak biasa
saya sangat kagum pada dewi lestari, dengan kelincahan bahasanya
yang berlari kesana kemari dalam area rima dan efektifitas tanpa takut tergelincir kerancuan atau ambiguitas.
saya menunggu ‘partikel’mu
tolong jangan suguhi saya buku2 kedokteran…
itu membuat saya sedikit ingin ke (maaf) WC
tapi kalo terpaksa apa boleh buat…

saya sedikit rasis
tapi tapi tidak berlebihan untuk menjadikan saya etnofanatism

bukannya ingin dianggap berlebihan atau bagaimana,tapi saya cinta negeri ini
dengan segala keanehannya..
tidak ada negeri yang lebih aneh dari negeri ini, itu kata saya…
kata anda?? saya tidak berhak membatasinya…
alasannya?? sederhana saja… negeri ini juga butuh pecinta…

saya suka sesuatu yang tidak biasa…
saya suka seni
saya suka musik
saya suka main musik…
setelah electone, drum, bass, hati saya tertambat pada gitar…
saya cinta gitar… dan suara-suara yang dikeluarkannya…
bagi saya gitar itu bersifat mimikri
bisa menyesuaikan diri dengan hampir semua jenis musik…
bagi saya gitar itu adalah a universal instrument

aliran musik saya sebenarnya tidak begitu jelas..
saya bisa saja menyelinap masuk ke rock,
alternative, ato mellow sekalipun…bahkan lagu2 jaman siti nurbaya belum dijodohkan
tergantung suasana hati dan bagaimana lirik lagu itu sendiri
ya, saya cenderung berorientasi kepada lirik lagu
jadi tolong jangan suguhi saya radja, kangen band, matta band dan sodara2nya
tidak ada kualitas lirik didalamnya,
maaf saja, bukan bermaksud menjelek2an, tapi saya berusaha jujur
satu lagi, jangan suguhi saya hiphop or RnB,

saya suka lukisan,
terutama abstrak
tapi saya tak pernah berhasil melukis dengan sempurna

saya tertarik pada sejarah…
terutama asal-usul rumpun saya…

saya cukup bandel untuk seorang saya…
saya hobi cabut sekolah, cabut bimbingan…
apalagi pelajarannya AN, WS, ABS,
wah, itu mah langganan saya…haha
tapi jarang ketahuan…
hehe…
caranya?? mau tau aja…
itu personal secret.. nanti banyak yang niru, hancurlah generasi muda indonesia,,,
haha…
tolong yang masih sma, jangan ikuti kebiasaan saya…
bahaya… tidak baik untuk kesehatan tulang dan gigi, haha

saya suka puisi…
saya bisa menulis puisi sambil menangis…
mungkin orang yang mengenal saya akan terkejut,
tapi itulah kenyataannya…
saya adalah saya…

kalo saya sudah terobsesi ,
saya akan kejar sampai entah kemana…
teman saya bilang saya agak gila…
tapi itulah saya…
saya percaya manusia lahir dengan perannya masing2
jadi kalo bukan saya, siapa lagi yang memainkan peran ini??
tapi dibalik sifat obsesif saya,
saya cenderung Qanaah,
mencukupkan diri dan menerima apa adanya…
bukannya saya tak berambisi…
tapi jika usaha sudah maksimal, apa lagi yang bisa dilakukan kecuali berserah diri dan menerima apa adanya??

dulu saya sering protes kepada Allah swt
kenapa saya begini… mengapa saya tidak begitu saja..
tapi semakin hari saya semakin paham..
mungkin ini adalah jalan Allah untuk menyelamatkan saya…
mungkin dengan ‘begini’ kehidupan saya akan lebih baik dari pada jika saya ‘begitu’
dan saya percaya ini yang terbaik untuk saya
saya mengimaninya

saya percaya setiap hal pasti ada balasannya
sekecil apapun itu…

saya suka gunung…
saya suka mahameru dan rinjani…
tapi saya tidak boleh dan belum sanggup naik gunung…
jadi untuk memuaskan dahaga saya, saya mencukupkan diri dengan dokumenternya…
ngak cukup sih,.. tapi apa daya… haha

saya tidak suka dibohongi, terlebih dikhianati…
itu bisa membuat saya dendam…
tolong jangan membuat saya dendam..
panjang urusannya…

saya percaya pada ketulusan..
tapi saya selalu berusaha untuk membalas kebaikan orang lain
sekecil apapun itu…

kadang saya heran…
orang-orang yang belum mengenal saya mungkin tidak suka pada mata saya..
sebelumnya saya minta maaf, tidak ada maksud apa-apa dengan mata saya
tapi memang begitulah ia tercipta,
melotot tidak melotot, maka ia tetap melotot,
haha

saya suka melamun
kapan saja, dimana saja…
bahkan lagi nyetir…
hati-hati jika semobil dengan saya
memang saya yang pegang kemudi
tapi pinjam mata dan kesadaran anda,
haha
tapi tidak selalu kok, tenang aja…
masih bisa ditoleransi…

saya tidak suka panas,
bukannya takut hitam (itu mah sudah)
tapi panas membuat saya emosi

saya tidak suka kemunafikan
saya tidak suka kepalsuan
halakh… dangdut banget ya!!

saya selalu berusaha memandang masalah dari dua sisi
itu membuat saya lebih pengertian
tapi jadi sering tak beremosi

saya suka hitam dengan merah
padukan mereka, jangan dipisah, maka itulah kombinasi warna sempurna dimata saya

saya tahu saya belum jadi orang yang baik
saya sadar saya banyak kekurangan…
tapi saya berusaha memperbaiki dan mencukupkannya…
karena saya adalah saya apa adanya

satu keinginan sederhana… diterima apa adaku


December 15, 2007