Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Friday 16 October 2009

Hari ini, Tiga tahun yang lalu

Hari ini, aku terlahir kembali. Usiaku bertambah satu tahun sekaligus waktuku telah berkurang satu tahun. Aku tidak berharap banyak di hari ini. Dan memang aku juga tidak pernah berharap banyak di hari-hari serupa sebelumnya. Aku hanya berharap hari ini menjadi momen titik balik seorang aku menjadi lebih baik. Sebenarnya sulit bagiku untuk mendeskrisikan arti lebih baik itu sendiri. Sederhananya mungkin, menjadi orang yang lebih dewasa, yang bisa berkata tidak dan ya, yang tidak lagi menangis karena hal-hal yang tidak jelas, dll.
Banyak misteri di balik petualanganku menaklukan hidupku. Misteri yang sudah ku kupas kulitnya namun belum dapat ku selami hingga ke bijinya. Misteri-misteri yang kadang menghentikan langkahku sejenak, membuyarkan mimpiku, atau malah memberiku mimpi baru. Hari ini aku tak hanya berharap agar jalanku mengungkap mister-misteri itu menjadi mudah, aku berharap sekalipun jalan yang harus ku lalui itu adalah sulit, biarlah demikian, aku hanya memohon kepadaNya untuk memberiku kekuatan dan tekad untuk menaklukkannya agar pada akhirnya nanti jalan yang sulit nan berliku itu bisa menempa diriku menjadi lebih ‘berbentuk’ sebagai seorang manusia sejati. Menjadi seseorang yang bersyukur pada nikmatnya tanah ketika tersungkur. Menjadi orang tahu cara menunduk ketika di puji. Menjadi orang merasa berterimakasih ketika di kritik, karena sesungguhnya si pengkritik telah mengesampingkan rasa tidak enaknya kepadaku hanya agar aku menjadi orang yang lebih baik*. Menjadi orang yang tahu bersyukur, balas budi, dan berterimakasih karena tahu hidup ini sulit untuk di jalani. Menjadi orang yang tahu bersyukur atas sakit, duka, cobaan, dan rintangan. Menjadi orang yang lebih hidup dan memaknai kehidupan. Amin.
Hari ini, tiga tahun yang lalu. Aku teringat pada kelima sahabat baikku. Belle, Tari, Didang, Ami, dan Zila. Hari ini tiga tahun yang lalu, aku lalui hari dengan menyertakan harap seperti yang ku harapkan hari ini. Ku kira hari itu hanya sebuah hari jadi yang biasa saja. Tapi mereka membuatnya berbeda. Mereka menciptakan kejutan-kejutan di setiap langkah kakiku di sekolah hari itu. Entah kenapa sepertinya hari itu aku berjalan dengan sebuah spanduk besar di dada, bertuliskan ‘hei, hepi bedday to me’. Hampir setiap orang, dan sebagian tidak ku kenal, menyapaku dan mengucapkan selamat ulang tahun, disertai doa dan harapan yang membuatku haru. Mulai dari adik-adik di kelas satu yang mayoritas memang tidak aku ingat namanya, adik-adik kelas dua, hingga guru-guru. Oh God, apa yang terjadi. Jika teman-teman sekelasku yang melakukan hal itu, mengetahui tanggal lahirku, itu wajar, mereka adalah saudara-saudaraku yang telah hidup bersamaku hampir tiga tahun lamanya. Tapi, teman-teman dari kelas lain? Adik-adik kelas? Bahkan guru? Aku tidak bisa membayangkan dari mana mereka secara kolektif bersama-sama bisa menjadi begini kompak. Ah, ada apa ini?
Dari beberapa minggu sebelumnya, aku memang telah melihat kasak-kusuk tidak jelas dari kelima sahabatku tadi. Keanehan pertama,mereka mulai berbisik-bisik tidak jelas di depanku, (jujur, saat itu aku sedikit tersinggung, ya kalian tahulah saat itu aku masih so so so sensitif....hehe), keanehan ketiga, mereka tiba-tiba menghilang dari kelas ngak ngajak-ngajak, cabut dari kelas gak bilang-bilang. Jadilah aku seperti orang bodoh yang berjalan sendiri ke sana-kemari mencari mereka. Ah, bener-bener deh lu pade...hhehe. Keanehan ketiga, mereka membawa handycam kemana-mana. Ah, ada apa ini?? Keanehan keempat, mereka memaksaku keluar rumah (padahal saat itu, aku bener-bener ga bisa) hanya untuk foto-foto. Foto?? Allah.... keanehan ke empat, pada hari H, kebetulan saat itu adalah bulan puasa, biasanya aku memang merayakannya bersama mereka, tapi kali ini aku tidak mendapat izin dari mama untuk keluar rumah setelah lewat maghrib. Tapi mereka terus memaksaku. Ini aneh, karena mereka tidak pernah memaksa hingga sampai begini. Biasanya jika sudah dihadapkan pada kenyataan bahwa aku dilarang orangtuaku, seketika itu juga mereka menyerah. Tapi ini tidak. Setelah usaha keras, mama pun akhirnya mengizinkan. Jadilah saya merayakan hari jadi saya yang ke 17 bersama mereka. Di akhir, mereka memberikan dua buah bungkusan. Satu bungkusan besar dan satu bungkusan kecil. Aku disuruh membuka kedua bungkusan di tempat. Bungkusan besar ternyata berisi foto-foto hasil foto session kemaren dulu itu yang disusun dalam satu frame. Bungkusan kecil berisi sebuah kaset CD anonim. Tanpa nama, tanpa judul. Aku tanya, ‘ini apa?’ Mereka jawab, ‘liat aja sendiri di rumah.’
Saya benar-benar penasaran saat itu. Sesampainya di rumah, tidak sabar saya langsung menyalakan laptop dan membuka CD anonim tadi. Ternyata isinya sebuah film. Film dokumenter dari seluruh penghuni sekolah. Film diawali di kamar atas rumah Nek Tari. Di situ, mereka mendokumentasikan proses pembuatan kado bohong-bohongan untuk diberikan padaku di pagi hari H. Sutradara plus kameramen dadakannya adalah Zila. Di dalamnya mereka mereka mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku disertai doa dan harapan yang membuatku haru hingga menitikkan air mata. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kerasnya usaha mereka, mengumpulkan adik-adik kelas I dan II, tiap-tiap kelas, untuk sekedar mengucapkan hepi bedday kepadaku, mewawancarai ibu-ibu kantin, teman-teman seangkatan, dan terutama saudara-saudara sekelas. Lebih dahsyatnya lagi, entah bagaimana cara mereka menggumpulkan guru-guru di lapangan basket, berbaris dan mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. GILA...!! Sahabat-sahabatku GILA!! Dan aku bersyukur Allah mengaruniakan mereka kegilaan-kegilaan ini.
Hei, belle, tari, didang, ami, zila... aku bener-bener terharu saat itu. You all made and get the moment. GILA!! Setelah kejadian-kejadian suram yang kita lewati bersama sebelumnya, hari itu benar-benar menjadi sebuah titik balik kembalinya keceriaan di senyumku. Aku bangga memiliki kalian. Aku bangga pernah bersama-sama kalian menjalani hari-hari. Aku bangga hingga kelak nanti aku telah beranak cucu, aku bisa bercerita kepada mereka, ‘itu lho nak, tante bele, tante didang, tante tari, tante ami, dan tante zila, begini...begini...begini....’ atau,, ‘itu loh cu, jiddah bele, opung didang, nek tari, nek ami, nek zila, begini...begini...begini....’.
Maaf, aku menuliskan ucapan terimakasih ini lagi sekarang. Terimakasih semuanya. I miss u.


10 Oktober 2006 - 10 Oktober 2009

1 comment:

  1. Like thiz... Hehe..

    Jadi tringat kenangan masa lampau awag... Ya mudah2an prshabtan ni bsa ampe anak cucu kita... Haha...
    Q Kangen kita kumpul ma smua'a... Kapan kah?

    ReplyDelete