Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday 20 December 2010

Hai

Malam ini saya habiskan waktu membongkar-bongkar file di harddisk. Dan tiba-tiba ingin mem-publish puisi ini (jika boleh disebut puisi).

Hai, apa kabar hatiku.
Fluktuasi hidup itu seperti naik jet coaster ya. Berdebar-debar. Entah karena sedih atau bahagia.
Lama aku tidak menyapamu. Aku terlalu sibuk pada duniaku. Maaf.
Aku ingin tau keadaanmu. Adakah hujan di luar sana terlalu kuyup mengguyurmu. Ataukah kering udara telah membuatmu keriput. Aku menyesal. Aku tak punya cukup tenaga untuk menghalau agar hujan tak datang, atau agar kering tak begitu kerontang.
Ku lihat kau masih ditempatmu. Adakah kau baik saja? Menantikukah mengunjungimu? Ah, hatiku, kau selalu tahu aku pasti akan selalu datang. Kau selalu tahu aku akan selalu jatuh rindu.
Jatuh rindu menyapamu seperti dulu lagi
ketika sepi adalah taman bermain penuh warna pelangi untuk kita berdua
ketika bumi tetap bungkam saat tawa kita membahana
ketika malam menelingkupi kita dalam diam dan gulita lalu kita merasa hampa
ketika jingga yang hinggap di ufuk menjadi jenaka
ketika itu kau lah yang menjadi si mahatahu apa yang ku butuh: segelas air, nyanyian tak bernama, kata tak bermakna.
Dendang kita selalu sumbang. Tapi lucunya tak ada yang terusik, termasuk kau dan aku. Kadang ku bertanya, itu sumbang atau telinga kita kah yang berdarah hingga tak mampu menyerap suara.
Ah hatiku, apapun itu, aku cuma ingin kau tahu. Aku rindu.
Aku rindu gulita sepi dulu
Aku rindu melahap malam hanya dengan air mata dan kata yang tak kunjung sempurna.
Kaulah si mahatahu. Bersamamu ku lalui segala. Segala sakit segala duka. Segala suka canda tawa.
kau adalah saksi tangisku yang bisu dan diamku yang pilu
ah hatiku, malam semakin tinggi. Bulan pun sudah tak malu-malu lagi. Sampai kapan kau mau bersemedi
kemarilah keluar bersuka cita.

No comments:

Post a Comment